Macaseo.com - Kalau dengar kata startup, kebanyakan dari kita langsung kebayang cerita keren ala film atau drama Korea. Anak muda dengan ide “gila”, begadang ngoding di garasi, lalu mendadak jadi pengusaha sukses. Sayangnya, dunia nyata enggak seindah itu.
Faktanya, lebih dari 90% startup gagal. Angka ini bukan sekadar mitos, tapi data nyata yang terjadi dari dulu sampai sekarang. Pertanyaannya adalah kenapa bisa separah itu?
Jumlah Startup Sangat Banyak, yang Bertahan Sangat Sedikit Di seluruh dunia, ada puluhan juta startup baru lahir setiap tahun. Bahkan, kalau dihitung-hitung, ratusan ribu startup muncul setiap hari. Tapi dari jumlah segila itu, hanya segelintir yang bisa bertahan lebih dari 10 tahun.
Artinya, masalahnya bukan cuma soal ide atau semangat anak muda. Ada faktor-faktor krusial yang sering diremehkan.
Alasan Umum Startup Gagal
Berdasarkan berbagai riset dan pengamatan, ini beberapa penyebab paling sering kenapa startup akhirnya tumbang:
1. Kehabisan Dana dan Gagal Cari Investor Baru
Banyak startup mati bukan karena idenya jelek, tapi karena uangnya habis di tengah jalan. Gagal meyakinkan investor berikutnya, sementara pemasukan belum stabil.
2. Produk Tidak Dibutuhkan Pasar
Ide terdengar keren, teknologinya canggih, tapi tidak menyelesaikan masalah nyata. Akhirnya kalah saing dan ditinggalkan pengguna.
3. Strategi “Bakar Uang” Tanpa Perencanaan
Gratis ongkir, diskon besar-besaran, kampanye mahal, semua dilakukan demi cepat besar. Masalahnya, bakar uang tanpa strategi yang matang justru jadi beban keuangan. Beberapa startup bahkan terpaksa menutup lapak karena tidak sanggup menanggung biaya operasional.
4. Manajemen Keuangan yang Berantakan
Ada juga startup yang merasa “aman” setelah dapat pendanaan, lalu anggaran dipakai untuk hal-hal kurang penting.
Analoginya simpel:
Startup itu mobil, dana investor itu bensin. Kalau mesinnya rusak, mau dikasih bensin sebanyak apa pun, mobil tetap enggak jalan.
5. Tidak Punya Visi Jangka Panjang
Banyak startup cuma ikut tren pasar sesaat tanpa arah jelas. Padahal, lebih dari setengah startup yang akhirnya sukses justru pernah pivot atau mengubah arah bisnisnya setidaknya satu kali. Masalahnya, banyak founder terlalu jatuh cinta dengan ide awal, sampai susah menerima kenyataan bahwa idenya perlu diubah.
Sudah Punya Investor, Ide Keren, Tim Hebat, Apakah Pasti Sukses?
Jawabannya belum tentu. Menurut para pengamat bisnis, khususnya di Indonesia, ada satu faktor yang sering jadi penentu hidup-matinya startup:
Sistem operasional
Banyak startup:
- Idanya keren
- Dananya ada
- Pasarnya tepat
Tapi operasionalnya kacau. Analoginya seperti masak steak:
- Daging wagyu
- Bumbu lengkap
- Wajan mahal
Kalau masaknya asal-asalan, apinya kegedean, lupa diaduk. hasilnya tetap gosong. Bukan salah bahannya, tapi cara masaknya berantakan.
Peran Teknologi dalam Menyelamatkan Startup
Di era sekarang, jawaban paling realistis untuk operasional yang rapi adalah teknologi. Riset dari McKinsey menunjukkan bahwa bisnis yang menggunakan teknologi untuk operasional bisa meningkatkan produktivitas hingga 30%. Dengan sistem yang tepat:
- Laporan keuangan bisa diakses cepat
- Penjualan, stok, produksi, dan pengadaan saling terhubung
- Tim lebih jarang miskomunikasi
- Kerjaan jadi efisien tanpa drama
Sistem operasional atau ERP yang terintegrasi membantu bisnis berjalan lebih “autopilot” dan siap tumbuh tanpa bikin founder pusing setiap hari.
Pondasi Awal Menentukan Masa Depan Startup
Startup itu seperti rumah. Kalau pondasinya jelek, dipaksakan bangun 10 lantai, ujung-ujungnya roboh. Makanya, jangan cuma fokus ke:
- Growth cepat
- Valuasi tinggi
- Kampanye viral
Tapi lupakan pondasi:
- Sistem
- Operasional
- Keuangan
- Proses kerja yang rapi
Belajar dari Kegagalan, Bukan Takut Memulai
Pada pembahasan artikel kali ini Admin, bukan dibuat untuk nakut-nakutin kamu yang mau bangun startup. Justru sebaliknya. Dengan memahami kenapa 90% startup gagal, kita bisa:
- Menghindari kesalahan yang sama
- Bangun bisnis dengan fondasi lebih kuat
- Lebih siap menghadapi realita, bukan cuma mimpi
Karena di dunia startup, yang bertahan bukan yang paling keren idenya, tapi yang paling siap sistemnya.





