Macaseo.com - Setiap pengusaha besar pasti pernah melewati titik terendah dalam hidupnya. Begitu pula yang dialami Deni Lukman, seorang pengusaha asal Pacitan, Jawa Timur. Perjalanan hidupnya penuh lika-liku yakni dari pernah terusir saat istri hamil 8 bulan, hanya bisa makan mie instan bersama keluarga, hingga akhirnya berhasil membangun bisnis distribusi dan retail dengan omzet miliaran rupiah per bulan.
Kisah ini bukan hanya tentang jatuh bangun seorang pengusaha, tetapi juga pelajaran penting tentang mental, strategi, dan spiritualitas dalam bisnis.
Dari Supervisor Muda ke Jalan Pedagang
Deni Lukman lahir di Madiun dan kini tinggal di Pacitan. Lulusan SMK jurusan otomotif ini awalnya bekerja di bengkel, namun merasa tidak cocok. Jiwanya lebih senang bertemu orang dan menjalin komunikasi.
Ia pun terjun ke dunia sales dan meniti karier hingga menjadi Supervisor termuda di sebuah perusahaan multinasional FMCG pada usia 23 tahun. Bahkan, ia sempat meraih penghargaan The Best Supervisor Area Jawa Timur.
Namun, terinspirasi dari Jack Ma, Deni sadar bahwa bekerja di perusahaan besar tidak selalu memberi kebebasan. Ia ingin belajar langsung dari pemilik bisnis agar memahami pola pikir seorang pengusaha. Dari situlah ia pindah ke perusahaan lokal di Pacitan, merintis dari bawah sebagai kolektor hingga akhirnya dipercaya menjadi Operational Manager.
Di titik itu, Deni memutuskan keluar dari zona nyaman dan memulai bisnis sendiri. Baginya, berdagang adalah salah satu pintu pembuka rezeki terbesar.
Terusir Saat Istri Hamil 8 Bulan (Titik Terendah)
Tidak ada jalan mulus di awal perjalanan. Saat bisnis masih kecil, masalah keluarga datang menghantam. Deni dan istrinya sempat berselisih dengan keluarga besar, hingga akhirnya mereka terusir dari rumah.
Dalam kondisi istri hamil 8 bulan, Deni harus pindah ke gudang bersama dua anaknya. Malam itu, mereka hanya makan nasi dan mie instan seadanya.
Kalau orang lain mungkin menganggap itu enak, tapi bagaimana perasaan saya sebagai owner perusahaan yang bahkan kesulitan memberi makan keluarga sendiri? - kenang Deni.
Momen itulah yang menjadi titik balik. Deni berjanji pada istrinya:
Ini yang terakhir. Aku tidak akan membuatmu susah lagi untuk makan.
Merintis Bisnis Distribusi dengan Modal Pengalaman
Tahun 2019, sebelum pandemi, Deni mulai membangun bisnis distribusi snack dan produk FMCG. Awalnya hanya berdua: ia sendiri merangkap sales sekaligus sopir, ditemani satu orang helper.
Berkat pengalaman panjang di dunia distribusi dan jaringan relasi yang sudah terbangun, omzet bulan pertama bisa tembus Rp100–200 juta.
Meski pandemi COVID-19 sempat menahan pertumbuhan, bisnisnya terus berkembang. Dari omzet rata-rata Rp500 juta, kini setelah merger dengan sang kakak di tahun 2025, perusahaannya bisa mencetak omzet minimal Rp1 miliar per bulan, bahkan naik 2–3 kali lipat saat Ramadan dan musim hajatan.
Dari Distribusi ke Omnichannel (Strategi Bisnis)
Kesuksesan Deni tidak datang secara kebetulan. Ia membangun bisnis dengan tiga channel utama:
- Distribusi offline: menjadi agen resmi berbagai produk FMCG untuk wilayah Pacitan.
- Toko online: memanfaatkan Tokopedia, Shopee, TikTok Shop, hingga WhatsApp sebagai kanal penjualan digital.
- Toko offline: toko fisik yang melayani langsung pelanggan sekitar.
Salah satu strategi yang terbukti efektif adalah WhatsApp Marketing. Dengan mengumpulkan database nomor pelanggan, toko bisa aktif berjualan lewat status WA atau pesan langsung.
Hasilnya luar biasa. Dari channel yang awalnya tidak digarap, omzet toko mitra bisa naik dari Rp0 menjadi Rp50 juta di bulan pertama, bahkan Rp150 juta di bulan berikutnya.
Jangan Tergiur Program, Fokus pada Fast-Moving Product (Pelajaran Penting)
Banyak pengusaha retail terjebak pada iming-iming bonus supplier. Deni mengingatkan, jangan sampai stok menumpuk barang slow moving hanya karena ingin hadiah motor atau TV.
Menurutnya, idealnya:
- 70% stok adalah produk fast-moving (beras, minyak, gula, kopi, snack populer).
- 20% produk middle-moving (produk premium dengan margin sedang).
- 10% produk slow-moving (non-konsumsi atau margin besar tapi lambat terjual).
Dengan strategi ini, perputaran cash flow lebih sehat dan toko terhindar dari risiko dead stock.
SDM, Cash Flow, dan Godaan Ekspansi (Tantangan)
Bagi Deni, tantangan terbesar bukan hanya modal, melainkan SDM dan manajemen. Dari karyawan yang tidak jujur hingga pencatatan manual yang membuat uang dan barang habis tanpa jejak, semua itu pernah ia hadapi.
Solusinya adalah membangun sistem:
- Gunakan software akuntansi/stock opname.
- Latih karyawan sesuai posisi yang tepat.
- Jangan buru-buru buka cabang tanpa fondasi kuat di toko utama.
Kalau buka cabang hanya karena iri lihat tetangga, justru itu bisa jadi awal kebangkrutan, - tegasnya.
Nilai Spiritual dalam Bisnis
Bagi Deni, bisnis bukan sekadar mengejar untung rugi. Ia meyakini bahwa perusahaan yang berlandaskan nilai syariah akan lebih berkah dan bertahan lama.
Di perusahaannya, karyawan diwajibkan salat saat jam kerja dan didorong untuk bisa membaca Al-Qur’an.
Karena di balik setiap karyawan, ada keluarga yang bergantung pada rezeki dari usaha ini. Saya ingin bisnis ini bermanfaat, bukan hanya di dunia, tapi juga di akhirat - ujarnya.
Pesan untuk UMKM dan Retail
Bagi Deni, bisnis retail itu maraton, bukan sprint. Butuh strategi, kesabaran, dan keberanian untuk terus beradaptasi.
Beberapa pesannya untuk pengusaha UMKM:
- Masuk ke digital: jangan remehkan potensi WhatsApp dan e-commerce.
- Bangun relasi dengan pelanggan: sapa dengan hati, bukan sekadar transaksi.
- Kelola stok dengan cerdas: fokus pada fast-moving product.
- Jangan cepat puas, tapi juga jangan cepat lelah.
Temukan naik kelas versi kamu. Karena setiap pengusaha punya jalannya masing-masing - tutup Deni.
Kesimpulan
Kisah Deni Lukman adalah bukti bahwa dari titik terendah sekalipun, seorang pengusaha bisa bangkit jika punya mental baja, strategi yang tepat, dan landasan spiritual yang kuat. Dari gudang sempit saat istri hamil 8 bulan, kini ia memimpin perusahaan distribusi dan retail dengan omzet miliaran rupiah.
Semoga kisah ini menginspirasi para pelaku UMKM, pemilik toko kelontong, hingga pengusaha retail modern untuk terus berjuang, beradaptasi, dan membangun bisnis yang tidak hanya sukses, tapi juga berkah.



