Macaseo.com - Ada satu momen menarik ketika Raditya Dika berkunjung ke kediaman Sandiaga Uno. Bukan sekadar ngobrol ringan, tapi diskusi serius seputar dunia bisnis, kepemimpinan, hingga perjalanan hidup.
Dari obrolan inilah lahir banyak insight berharga yang bisa jadi pelajaran untuk siapa saja yang sedang merintis usaha maupun membangun karier.
Tantangan Scale Up (Bagaimana Bisnis Bertumbuh Tanpa Tergantung pada Founder?)
Raditya Dika membuka percakapan dengan kegelisahan pribadi, bagaimana cara scale up bisnis yang sangat bergantung pada sosok dirinya? Misalnya konten YouTube, stand up comedy, hingga podcast, semuanya butuh Radit hadir.
Sandiaga Uno menjawab dengan contoh klasik, Colonel Sanders dan KFC. Awalnya, bisnis ayam goreng itu hanya dikenal di Kentucky. Tapi berkat sistem franchise, resepnya bisa dinikmati di seluruh dunia. Intinya, scale up terjadi saat sebuah brand bisa “hidup” meski tidak selalu bergantung pada satu orang.
Di era digital, peluang ini semakin besar. Menurut Sandiaga, salah satu strategi adalah menciptakan konten atau produk yang bisa terus dimonetisasi tanpa harus menunggu kreatornya hadir, seperti film, merchandise, atau katalog digital.
Suksesi Bisnis (Bagaimana Mempersiapkan Generasi Berikutnya?)
Topik lain yang tak kalah penting adalah suksesi bisnis. Bagaimana jika pemilik sudah tidak sanggup lagi memimpin?
Sandiaga berbagi pengalaman bahwa sejak awal ia sudah menyiapkan calon-calon pengganti di setiap perusahaan. Baginya, seorang CEO harus segera berpikir siapa yang bisa melanjutkan estafet kepemimpinan. Bukan hanya satu orang, tapi bisa tiga sampai lima orang potensial.
Ada tiga kriteria utama yang ia pegang:
- Integritas: nilai yang tidak bisa ditawar.
- Passion & energi: apakah punya semangat yang sama.
- Kapabilitas intelektual: mampu problem solving dengan baik.
Integritas, Budaya, dan Tantangan Organisasi
Diskusi juga menyentuh soal integritas. Menurut Sandiaga, banyak masalah muncul karena kultur permisif di masyarakat. Padahal sejak kecil kita sudah diajarkan hal-hal mendasar, tidak mengambil hak orang lain, izin jika meminjam, hingga kejujuran sederhana.
Ketika masuk ke organisasi, tantangan lain muncul, menyelaraskan nilai pribadi dengan budaya institusi yang sudah ada. Sandiaga memberi contoh ketika dirinya masuk ke pemerintahan, di mana orientasi birokrasi lebih ke penyerapan anggaran ketimbang efisiensi seperti di dunia bisnis. Adaptasi dan komunikasi nilai jadi kunci utama.
YouTube dan Kolaborasi (Bangkit Lagi Lewat Value)
Radit kemudian menyinggung soal YouTube channel Sandiaga Uno yang sempat meredup. Ia memberi saran bahwa kunci untuk menghidupkan kembali adalah:
- Punya value proposition yang jelas untuk penonton.
- Menyajikan insight soal mentoring, kepemimpinan, hingga ekonomi kreatif.
- Kolaborasi, karena di dunia digital, collaboration is king.
Dari Komedi, UFO, Hingga Visi Masa Depan
Obrolan semakin cair ketika masuk ke dunia komedi. Radit bercerita pengalaman tampil di depan wartawan tanpa ada yang tertawa, pengalaman “paling keringet dingin” dalam kariernya.
Tak hanya itu, topik UFO dan konspirasi juga sempat muncul. Menariknya, Sandiaga melihat fenomena ini dari perspektif agama dan sains, sementara Radit menanggapinya dengan rasa penasaran sekaligus skeptis.
Menjelang akhir, Sandiaga Uno membagikan visinya setelah dunia politik yakni kembali ke dunia bisnis dengan fokus pada impact investing. Investasi yang memberi dampak sosial, lingkungan, dan teknologi, sekaligus membuka lapangan kerja baru.
Kesimpulan
Dari obrolan panjang ini, kita belajar bahwa bisnis bukan hanya soal profit, tapi juga soal scale up yang berkelanjutan, kepemimpinan yang visioner, integritas, dan keberanian beradaptasi dengan zaman.