Macaseo.com - Banyak orang hari ini bermimpi jadi pengusaha. Sosial media dipenuhi motivator yang bilang, "Kamu bisa jadi bos dari diri sendiri!" Tapi, seberapa realistis mimpi itu? Apakah semua orang cocok jadi pengusaha? Atau lebih baik fokus jadi investor?
Pada artikel kali ini Admin akan bongkar habis yakni mana yang lebih baik, jadi pengusaha atau investor, berdasarkan pengalaman langsung seseorang yang sudah menjalani dua-duanya. Bukan teori, bukan motivasi palsu. Ini fakta lapangan.
Tidak Semua Orang Cocok Jadi Pengusaha
Kenyataan pahit yang harus kamu telan adalah tidak semua orang dilahirkan untuk jadi pengusaha. Kemampuan jualan, membaca pasar, membangun tim, dan mengelola bisnis dari nol bukan skill yang bisa dipelajari dalam 7 hari lewat workshop.
Statistik membuktikan mayoritas bisnis gagal dalam 5 tahun pertama. Kamu harus siap ngurus segalanya, dari R&D, sales, marketing, keuangan, hingga SDM. Belum lagi, mental jatuh-bangun yang beratnya luar biasa.
Gua bisa kasih tahu 99,9% dari kalian nggak akan pernah jadi pengusaha. Jangan delusional hanya karena ngerasa lebih pintar dari bos di kantor.
Realita Menjadi Pengusaha
Kamu bangun bisnis, kamu kerja keras, kamu pikir semuanya akan autopilot. Salah besar. Bisnis itu nggak bisa autopilot. Owner harus terlibat. Bahkan bisnis besar sekalipun tetap dikontrol oleh pemilik atau direksinya.
Contoh nyata: kamu buka restoran. Laku. Mau buka cabang kedua? Butuh modal baru. Terus begitu sampai 10 cabang. Lalu datang COVID-19. Semua cabang tutup. Bangkrut.
Risiko jadi pengusaha itu besar. Uang, tenaga, dan waktu kamu bisa habis tanpa hasil.
Jadi Investor: Lebih Efisien dan Scalable
Berbeda dengan pengusaha, investor bekerja dengan cara yang lebih efisien. Mereka menaruh modal di bisnis yang sudah berjalan dan mendapatkan keuntungan dari pertumbuhan nilai atau dividen.
Investor punya time freedom dan scalability yang nggak dimiliki pebisnis. Lu bisa investasi di berbagai sektor sekaligus, dari tambang nikel sampai perusahaan software.
Investor terbaik di dunia seperti Warren Buffett hanya butuh 25 karyawan untuk menjalankan holding company dengan 395.000 karyawan di bawahnya. Itu namanya leverage. Itu yang bikin investor jadi mesin uang sesungguhnya.
Bisnis Tambah, Investasi Kali
Perbedaan mendasar:
- Bisnis = penambahan (satu klien, satu penjualan)
- Investasi = perkalian (uang berkembang secara eksponensial)
Kalau kamu mau bangun kekayaan, jalur investor jauh lebih scalable dan realistis.
Awal Jadi Investor? Mulai dari Karyawan
Jangan langsung lompat keluar dari pekerjaan dan bakar semua tabungan untuk bikin usaha. Sebaliknya, bangun skill sebagai investor pelan-pelan. Bahkan dengan modal Rp2 juta, kamu sudah bisa mulai belajar analisa laporan keuangan, valuasi saham, dan strategi investasi.
Skill investasi itu compounded. Sama seperti bunga majemuk. Makin lama kamu belajar, makin tajam insting dan analisa kamu.
Jangan Jadi Rose, Jadilah Buffett
Ada cerita nyata soal Rose Blumkin, wanita yang mulai bisnis furniture dari modal US$2.500 dan menjualnya ke Warren Buffett seharga US$60 juta. Tapi Buffett? Dia duduk tenang, membeli perusahaannya, dan sekarang bisnis itu mencetak omzet tahunan US$1,5 miliar.
Pelajarannya? Jangan jadi orang yang capek bangun bisnis seumur hidup. Jadilah orang yang beli bisnisnya.