Macaseo.com - "Bahagia dulu, baru sehat. Bahagia dulu, baru sukses." Begitulah prinsip hidup Hermanto Tanoko, sosok di balik brand-brand besar seperti Avian dan Cleo, yang kini diakui sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia. Tapi, apa yang membuat perjalanannya istimewa bukan sekadar jumlah kekayaannya melainkan bagaimana ia membangun semuanya dari dasar, dan tetap rendah hati.
Dalam sebuah podcast inspiratif, Hermanto membuka banyak hal tentang bisnis, hidup, dan filosofi yang ia pegang. Inilah pelajaran-pelajaran emas dari perjalanan panjangnya:
1. Privilege Bukan Alasan untuk Gagal Memulai
Banyak generasi muda merasa kalau tanpa “privilege”, membangun bisnis adalah mimpi yang mustahil. Hermanto tak setuju. “Itu hanya alasan,” tegasnya. Ia melihat sendiri banyak anak muda zaman sekarang sukses dari nol, berjualan online tanpa modal besar, memanfaatkan teknologi dan media sosial.
Baginya, kunci utamanya adalah kemauan dan konsistensi. “Kalau cuma menunggu modal atau warisan, kamu akan ketinggalan,” tambahnya.
2. Passion Itu Penting, Tapi Tidak Selalu Menjadi Penentu
Hermanto memulai karier sejak kecil, dibawa ke toko cat oleh sang ayah. Dari sana, ia belajar menjual, memahami produk, dan mencintai prosesnya. Tapi ia juga menegaskan: tidak semua pengusaha sukses berangkat dari passion. Ada juga yang dipaksa keadaan, lalu belajar mencintai prosesnya.
“Kalau punya passion, perjalanan lebih menyenangkan. Tapi kalau tidak pun, selama kita punya tanggung jawab, itu bisa dilalui,” katanya.
3. Rahasia Bisnis yang Tumbuh Sehat dan Berkelanjutan
Hermanto menjelaskan bahwa bisnis yang baik bukan hanya soal produk bagus atau marketing canggih. Ada tiga fondasi penting:
- Produk harus bermanfaat nyata dan sulit ditiru oleh kompetitor.
- Marketing harus kuat, tapi tetap beretika.
- Keuangan harus sehat: jangan sampai dikejar rentenir lalu kehilangan arah.
Saat krisis 1998 melanda, perusahaannya justru tumbuh lebih cepat. Kenapa? Karena mereka fokus, jujur, dan tidak sembrono dalam mengelola uang.
4. Keputusan Terbaik & Terburuk dalam Karier
Keputusan terbaik Hermanto? Membangun sistem produksi sendiri untuk cat, termasuk mengimpor teknologi khusus. Ini membuat produknya unggul dan efisien.
Keputusan terburuk? Masuk ke bisnis yang tidak dikuasai, seperti pabrik kulit dan kayu. Ia mengakui terlalu agresif waktu itu. “Kita balik cepat ke core bisnis. Untungnya tidak mempengaruhi keuangan,” jelasnya.
5. Good Management = Good People
Mengelola ribuan karyawan di berbagai bisnis tak mudah. Menurut Hermanto, kualitas paling penting dari seorang pemimpin adalah integritas, bukan semata skill. “Kalau kamu punya orang pintar tapi karakter jelek, itu seperti air murni dicampur racun.”
Mereka yang dipercaya memegang perusahaan harus punya visi, tanggung jawab, dan karakter kuat.
6. Pasangan Hidup, Support Sistem yang Tidak Tergantikan
Untuk pengusaha muda yang belum menikah, Hermanto punya pesan tegas: “Pasangan hidup itu penting banget.”
Ia percaya bahwa di balik pengusaha hebat, ada pasangan yang memberi energi dan stabilitas. Bukan karena uang, tapi karena cinta dan dukungan yang tulus.
7. Punya Mimpi yang Jelas dan Totalitas Mengejarnya (Kunci Sukses)
Bagi Hermanto, orang sukses itu punya impian besar dan berani habis-habisan untuk meraihnya. “Kalau mimpi tinggi, tantangannya juga tinggi. Harus siap,” tegasnya.
Ia percaya langkah kecil yang konsisten akan membawa pada tujuan besar. “Dulu saya mimpi punya pabrik aja udah senang. Sekarang? Punya holding besar, itu proses.”
Hermanto menutup obrolan dengan kalimat sederhana namun dalam:
“Bahagia itu bukan hasil, tapi modal. Kalau kita bahagia, kita lebih sehat, lebih semangat, dan lebih siap menghadapi tantangan.”
Ia membuktikan bahwa sukses tidak harus membuat seseorang menjadi kaku, tertutup, atau angkuh. Justru dengan berbagi, membumi, dan menjaga nilai hidup, kesuksesan bisa menjadi warisan yang langgeng.